Jumat, 22 Mei 2009

Musik Keroncong Obat Rindu Wakil Walikota

Musik Keroncong Obat Rindu Wakil Walikota

Musik Keroncong mengalun lembut dari ruangan Mess Daerah Kota Singkawang. Gesekkan biola Mahdar, sang pemimpin membuai seniman dan pencinta seni di salah satu gedung historikal Kota Singkawang malam itu. Tembang kenangan membuat peserta Forum Rembug Budaya dan Seni Kota Singkawang (Forum Rabbusan) terpukau.

LUAR biasa, itu kata pembuka Wakil Walikota Singkawang, Drs H Edy Yacoub MSi yang hadir dalam kesempatan itu. Berkumpul bersama para seniman, pencinta seni, pelaku seni dan pekerja seni dari berbagai unsur. Bersama mereka menyatukan visi dalam Forum Rembug Budaya dan Seni Kota Singkawang (Forum Rabbusan). Sakit rindu yang diderita Pak Edy, seakan diobati setelah mendengarkan gesekkan biola, petikan gitar dan ukulele, keyboard dan harmonisasi bersama seruling. Lagu keroncong dari tembang-tembang kenangan itu membuat hatinya merasa bahagia.

“Kemarin waktu pulang dari tugas diluar kota, ketika berada di bandara, saya melihat ada CD yang berisikan lagu keroncong. Saya membelinya, tapi belum sempat mendengarkannya. Tapi rindu saya ini terobati setelah mendengarkan musik keroncong yang baru saja dilantunkan malam ini,” ucapnya dengan senyum sumringah yang tak mampu menyembunyikan rasa kebahagiaan.

Berstelan batik dipadukan dengan kopiah pada bagian kepala Edy berdiri di muka para pencinta seni–budaya. Dibawah lampu gantung yang sudah antik, ia mengungkapkan untuk jangan berhenti untuk berekspresi seni. Jangan takut untuk berbuat sepanjang hal itu adalah suatu yang positif.

“Kita jangan takut untuk menggantungkan cita-cita setinggi bintang di langit,” ujarnya, mengajak pencinta seni agar terus menghasilkan karya. Mendukung keberadaan Forum Rabbusan sebagai salah satu wadah berkumpulnya seniman Kota Singkawang, ia menilai memang harus ada sebentuk jalinan komunikasi antara para pelaku dan pencinta seni. Kaitannya dengan harapan keberadaan budaya dan seni pada masa mendatang yang harus dilestarikan dan ditumbuhkembangkan.

Mengenang masa kecilnya, sejak meninggalkan Kota Singkawang tahun 1975, salah satu kebanggaannya adalah Lapangan Tarakan. Disebutkannya, hingga saat ini belum digunakan secara maksimal dan tak ada perubahan sejak dirinya merantau hingga kembali lagi. Lapangan Tarakan (berada di kompleks TNI-AD) yang ada dimaksudkan sebagai salah satu wadah yang bisa digunakan masyarakat dan pemuda untuk berekspresi. Melakukan sejumlah kegiatan dan karya seni. Agar segala sesuatunya bernilai manfaat. Bahkan ia secara pribadi telah berkomunikasi dengna Komandan Kodim 1202/Singkawang untuk bisa mengoptimalkan keberadaan lapangan itu. Pelaku dan pekerja seni merupakan bagian dari masyarakat, yang merupakan sistem dari satu kesatuan yang tak dapat dipisahkan. Masyarakat terdiri dari berbagai kalangan yang tak dapat berdiri sendiri.

Semuanya harus bergerak secara bersinergi, untuk mencapai tujuan kepentingan bersama. Al Fajri, salah seorang panitia kegiatan mengungkapkan Forum Rabbusan muncul dari ide yang sangat sederhana. Berpikir dan bertindak untuk melestarikan budaya dan seni dan mampu ditumbuhkembangkan dan bersinergi dengan dinamika sosial.

Berlandaskan visi dan misi Pemerintah Kota Singkawang selanjutnya mendukung tahun kunjungan wisata daerah yang digaungkan secara nasional, maka para pelaku dan pencinta seni ini merasa perlu terlibat. Potensi budaya dan seni di Kota Singkawang menjadi perhatian dalam upaya menyongsong pembangunan yang berlanjutan.

Melihat reaksi dan interaksi para pelaku dan pencinta seni pada malam itu sangatlah positif. Senyum dan tawa peserta mewarnai berlangsungnya dialog, sambil menyaksikan berbagai pertunjukkan seni yang digelar secara spontan. Tanpa terasa telah tiga jam waktu berlangsung. Jam menunjukkan pukul 22.10 WIB. Sebuah harapan dari kemenangan bersama. Mess Daerah menjadi saksi keakraban dan harapan malam itu. (zrf)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar