Minggu, 31 Mei 2009

Naik Dango, Filter Budaya Asing

Naik Dango, Filter Budaya Asing

“Selain sebagai bentuk syukur masyarakat Dayak terhadap hasil panen, kami berharap kegiatan naik dango ini dapat menjadi filter masuknya budaya budaya asing. Terlebih budaya tersebut bersifat merusak generasi muda. Khusus, generasi muda yang ada di Kota Singkawang,” kata Drs. Ahyadi, M.M Ketua Pelaksana Naik Dango Kota Singkawang Tahun 2009.

Ada harapan besar dalam pelaksanaan naik dango masyarakat Dayak yang dilaksanakan di Kota Singkawang. Agenda tahunan itu diharapkan dapat menjadi alat untuk menangkal atau sebagai filter masuknya budaya budaya asing ke Indonesia. Terutama budaya berdampak negatif bagi anak bangsa.

Naik dango di Kota Singkawang dimulai pada Sabtu (23/5). Pelaksanaannya dipusatkan di lapangan Kridasana Kota Singkawang. Walikota Singkawang, Hasan Karman, S.H, M.M bersama Ny. Elisabeth Majuyetti Hasan Karman, berkenan hadir untuk membuka kegiatan yang juga bertujuan untuk mempererat tali persaudaraan itu.

“Perayaan Naik Dango merupakan implementasi dari semangat gotong royong saat masyarakat panen padi. Naik Dango juga sebagai bukti syukur warga terhadap padi yang telah diperoleh, baik padi yang dipanen itu banyak ataupun sedikit,” ujar Hasan Karman memberikan berapresiasi.

Hasan Karman memandang, naik dango merupakan bagian dari aset yang dimiliki daerah. Sebagai kota tujuan wisata, naik dango menjadi bagian terpenting untuk membangunan dunia pariwisata di kota Singkawang. ”Karena itu, Naik Dango harus dilestarikan dan dijaga,” katanya mempertegas.

Perayaan naik dango di Kota Singkawang berlangsung hingga 27 Mei mendatang. Banyak kegiatan yang diselengarakan. Mulai dari karnaval yang secara resmi dilepas Walikota Singkawang.

Selain karnaval. Dalam perayaan Naik Dango itu juga dipertandingkan beberapa permainan rakyat. Seperti terompah, pangkak gasing, nyumpit, serta perlombaan lagu darah, kemudian Pemilihan Bujang Dare Gawai Dayak 2009.(PDE)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar